Sabtu, 09 November 2013

Secangkir kopi, miniatur kehidupan

Pahit-manisnya hidup, layaknya pahit-manisnya kopi.
Terkadang kita merasakan di titik tertentu manis, tapi di sesaat yang lain terasa pahit,
atau terasa pahit sekali, dapat pula manis sekali.

Siklus hidup, siklus secangkir kopi.
Gula, kopi,
seberapa besar kita berikan semua bahan itu?
Semua elemen mempengaruhi,
tidak peduli sebanyak apa gula,
jika bubuk kopi juga berlimpah,
kopi tetap akan berasa pahit.

Kopi yang hanya berasa manis saja, tanpa rasa pahit?
Apakah itu nikmat?
Tidak, hanya rasa manis terasa itu tidak lain hanya air gula.
Pahit saja?
Mungkin, tapi apakah anda benar-benar menikmatinya?

Kopi adalah seni,
memadukan pahit dan manis,
menciptakan kenikmatan dan keseimbangan rasa.
Rasa dikecap oleh lidah,
diproses pikiran dan jiwa,
menciptakan sensasi dan kenangan.

Tuhan menciptakan kopi, Tuhan menciptakan kehidupan.

Selasa, 05 November 2013

Kertas Daluang, Kertas Kulit Kayu Asli Indonesia di Antara Kumpulan Stand Pasar Seni Jakarta

Hari ini tadi, kebetulan libur, saya manfaatkan buat jalan-jalan. Itung-itung juga daripada di kosan kepanasan (ngomong aja ga betah, haha). Ada dua opsi yang bisa dijadikan tujuan perjalanan kali ini, yaitu Indonesia Book Fair atau Pasar Seni Jakarta. Kebetulan sekali lokasinya berdekatan dan sama-sama berada di lingkungan Istora Senayan Jakarta jadi sekalian saja masuk dua-duanya. Disini bukan buat promosi event atau apa ya, serius cuma mau share yang mungkin pengen dishare aja lho.

Awalnya saya putuskan masuk ke Indonesia Book Fair lebih dahulu. Mumpung gratis dan kayaknya sih rame. kenyataannya memang rame agan-agan semua, haha. Bukunya banyak, bagus-bagus dan murah-murah karena banyak diskonan, daripada harga di toko buku umumnya sih. Cuma untuk ukuran pameran buku terlalu rame, jadi kurang konsen nyari bukunya. Harus bener-bener berjuang juga kalo memang niat nyari buku, karena jarang yang disusun rapi berdasar genre atau kriteria. Mungkin kalo ditata lebih rapi terutama buat orang jalan bisa lebih baik lagi ke depannya (saran lho). Soalnya mungkin karena gratis masuknya, jadi kadang ga cuma kutu buku doang yang masuk, kadang juga orang-orang yang cuma mampir lewat juga ikut masuk. Tapi serius, acara kayak gini harus ada minimal setahun sekali lah ya.

Setelah puas berpeluh mencari, membaca (skimming sih), dan melihat-lihat, saya langsung melihat jam. Owalah, masih siang, padahal berangkat juga udah kesiangan gara-gara bangun kesiangan, haha. yaudah, sekalian aja jalan ke depan dikit, liat Pasar Seni. Iseng, saya beli minum di Abang penjual minuman trotoar jalan sambil nanya-nanya "Bang, masuk Pasar Seni bayar yah Bang?" dan sambil nyari minuman yang dia kata dingin (padahal ga dingin-dingin amat) "iya, bayar itu masuk, ga tau deh berapa." Lah, tumben-tumbenan abang penjual minuman ga kepo ama acara di depan gerobaknya. Yaudah deh, langsung masuk aja lah.

Nyamperin ke loket penjualan tiket masuk, eh, ada mbak-mbak cantik yang jaga loket (prikitiew). Belum sempet nanya udah disodorin aja tiketnya, 15 ribu rupanya. Masih cukup terjangkau lah untuk ukuran event di Jakarta. standnya lumayan banyak, cuma kayaknya masih belum banyak yang buka, soalnya emang masih siang hari saya masuk kesana. Cuma di siang hari juga sudah rame. Banyak barang-barang seni yang dipamerkan. Contohnya ya lukisan, patung, kerajinan-kerajinan, ya begitulah.

Ada stand yang mungkin bagi saya unik, tulisannya Daluang. Semacam kulit kayu tipis gitu. Ternyata usut punya usut (elah bahasanya) itu adalah kertas yang terbuat dari kulit kayu. Kalo ga salah sih kayunya namanya Saeh. Sekilas mirip sama papyrus, cuma kata aa' yang jaga stand kayunya ini asli Indonesia lho, ya, kayu Saeh kalo di sunda nyebutnya (cmiiw). Ngobrol-ngobrol bentar, asik juga ternyata, ya akhirnya nyoba lah beli buat bahan gambar di kosan. Nyampe kosan dan penasaran langsung deh browsing dan ketemu beberapa info eh ternyata ini kertas banyak peminatnya bahkan dari Amerika Serikat dan Jepang. Kurang lebih kertasnya macam gini nih:


seratnya unik, sangat artistik menurut saya buat media lukis atau gambar atau cuma sekedar buat hiasan dinding dan sangat potensial untuk bahan kerajinan tangan.

bagaimana cara membuat kertas Daluang? secara sederhana, batang Saeh atau sering disebut paper mulberry dikuliti dan direndam selama kurang lebih setengah jam. Kulit kayu tersebut lalu dipukul-pukul hingga mencapai lebar yang diinginkan, hampir 2 kali lebar semula. Selanjutnya kulit dicuci, diperas, dilipat dan digulung menggunakan batang pisang sekitar 2-4 hari agar lendirnya keluar dan dijemur.

mungkin dan semoga suatu saat kertas Daluang ini dapat menambah perbendaharaan barang-barang kerajinan dan kesenian yang akan membantu para pengrajin dan seniman mengembangkan kreasinya.


sumber:
http://kabarkampus.com/2013/04/kertas-daluang-kertas-terbaik-dunia-dibutuhkan-amerika-dan-jepang/
http://kareumbi.wordpress.com/2010/08/15/workshop-kertas-tradisional-daluang/
http://bimocb914.blogspot.com/2009/12/cara-membuat-kertas-daluang.html